Pertanyaan yang sama yang saya dapat hari ini mengingatkan saya pada kejadian beberapa hari yg lalu. Perbincangan yang sangat panjang dan menyenangkan bersama salah seorang teman. Pembahasan mengapa dunia ini begitu terkotak-kotak dan setiap pribadi cenderung membatasinya dari pribadi yang lain. Mengapa selalu ada tembok besar antara si kaya dan si miskin, si putih dan si hitam dan berbagai macam kotak-kotak lainnya yang kita buat. Salah satu pertanyaan yang datang pada saya hari ini lagi-lagi membahas mengenai masalah perbedaan. Saya sendiri menjawab kepada orang tersebut bahwa tiap-tiap orang memiliki masing-masing prinsip yang mempengaruhi penilaian mereka terhadap sebuah perbedaan. Seringkali pemikiran seperti ini berasal dari nenek moyang yang secara turun temurun diberikan kepada generasi penerusnya. Dengan embel-embel bahwa ini adalah warisan yang harus dijaga, jika tidak maka kita menjadi anak yang durhaka. Jika hal demikian harus diteruskan terus menerus, saya rasa dunia ini akan tetap begini. Terkotak-kotak, makin sempit dan akhirnya tiap pribadi memiliki tingkat individualisme yang makin tinggi. Sungguh mengerikan rasanya membayangkan hal seperti ini terjadi.
Saya tidak pernah menyalahkan orang yang mengkotak-kotakan diri mereka, karena bagi saya itu adalah hak mereka. Hak mereka untuk memilih apakah mereka harus hidup dalam kotak itu selamanya atau bisa masuk ke dalam satu kotak ke kotak lainnya dan hidup bebas. Saat ini, saya sering berpindah dari satu kotak ke kotak lainnya dengan penuh kebahagiaan. Hal ini sangat menyenangkan dan membuat tiap hari terasa begitu bermakna, karena begitu banyak hal yang bisa saya dapat dan pelajari. Dan saya yakin bahwa itu tidak akan saya dapat dengan hanya menjadi penghuni satu kotak saja. Sampai saat ini, memang tak jarang saya mendapat teguran dari penghuni kotak di mana saya tinggal awalnya. Namun itu tak pernah membuat saya menyalahkannya, membencinya, menyuruhnya berbuat hal yang sama apalagi kembali terkurung di satu kotak itu saja. Saya hanya akan berkata di dalam hati sambil tersenyum kecil : “Ia belum merasakan kasih yang sebenarnya, karena hanya kasihlah yang dapat merobohkan semua tembok pemisah ini” :)