Jumat, 12 September 2014

Kata-kata dari mama

Sadar tidak sadar ternyata omongan dari orang tua ketika kecil itu mempengaruhi apa yang kita lakukan. Ingatkah anda akan hal2 sederhana yang sering diucapkan orang tua semasa kita kecil seperti “Jangan buang sampah sembarangan nak”, “Memberi sesuatu harus pakai tangan kanan”, “Tutuplah tangan ketika bersin” dan sebagainya. Tanpa kita sadari hal itu terus terbawa sampai kita besar.

Dari sekian banyak hal yg mama katakan kepada saya, ada 3 kata2 yg saya ingat hari ini. Mama saya sering sekali berkata. “Orang tidak oleh berhutang. Jika kamu meminjam uang kepada orang lain, segeralah membayarnya karena berhutang itu dosa”. Dan percaya tidak percaya saya selalu enggan untuk berhutang pada orang lain. Bahkan ketika saya hanya butuh mengembalikan uang sebesar 500 atau 1000 rupiah selalu saya bersikeras untuk mengembalikannya. Bukan karena tak enak tapi lebih karena saya takut dosa. Lucu2 juga kadang jika dipikir.

Kata-kata mama lainnya yg saya ingat hari ini adalah “Lebih baik mengasihi orang tang tidak memiliki kasih, daripada kepada orang yg memiliki kasih. Karena itu berarti kamu mengenalkan kasih kepada mereka”. Kata2 ini selalu memberikan ketenangan tersendiri bagi saya. Ketika mau tidak mau saya harus menghadapi orang-orang yang mungkin tidak mengenal kasih. Mungkin pada awalnya saya merasa kesal, tapi pada akhirnya yang ada bukanlah rasa benci tetapi rasa kasihan. Kasihan bahwa mereka terlalu larut dalam kebencian, keangkuhan dan kesombongan, bahkan kegilaan akan sebuah kekuasaan dan perhatian yang akhirnya hanya akan membawa mereka terlalu jauh dari kasih yang sebenarnya.


Satu hal yang saya ingat lagi hari ini adalah “Percayalah bahwa Tuhan tidak pernah tidur, nak”. Jika mungkin anda mengalami hal yang sama dengan yang saya alami hari ini, percayalah bahwa kata kata ini akan dapat menenangkan anda. Ucapkanlah dalam hati dan resapilah. Saya baru saja mendengan sebuah kabar yang saya yakin tak ada seorangpun yang ingin mengalaminya. Kesal pasti ketika pertama mendengarnya, tapi saya dikondisikan untuk tidak bisa marah. Dan saya tidak punya cukup keinginan untuk menyimpannya dalam dendam apalagi mebalasnya. Jadi saya hanya menggumamkan kata-kata itu dalam hati. Dan hasilnya cukup memuaskan. Daripada kita sibuk memikirkan rencana untuk membalas dendam, memikirkan bagaimana mereka cukup tega, memikirkan mengapa ini terjadi dan mengapa mengapa yg lain. Lebih baik tetap focus pada apa yang sedang kita jalani. Tetaplah berbagi kasih pada mereka, anggaplah mereka adalah orang yang haus akan kasih, anggaplah mereka adalah orang yg belum mengenal kasih dan anda adalah orang yang Tuhan pilih untuk mengenalkan kasih pada mereka. Dan percayalah bahwa Tuhan tidak pernah tidur J

Kamis, 31 Oktober 2013

Peduli...

Kali ini tiba2 terbersit ide untuk membuat coretan2 di blog yang sudah cukup lama tidak saya corat coret. Dan kali ini juga saya menulis dengan ditemani momocchi yg sibuk tidur di dekat kaki saya hihii *just curcol.

            Beberapa minggu yang lalu saya dikecewakan oleh kepedulian orang yang makin menurun terhadap satu sama lain dan saat itu saya memutuskan untuk juga tidak mau terlalu peduli. Hari berikutnya saya disadarkan bahwa jika saya berbuat seperti itu, apa bedanya saya dengan mereka? Oleh sebab itu hari itu saya mulai memberikan rasa kepedulian saya kepada orang-orang disekitar saya walaupun tanggapan yang diterima tidak selalu positif. Banyak orang yang tidak mengacuhkan dan itu saya coba lupakan, sebaliknya beberapa yang merespon positif akan menjadi kekuatan bagi saya untuk lebih peduli terhadap orang lain.

            Malam tadi saya mendapatkan sebuah sms dari keluarga jauh yang sudah lama tidak pernah berkomunikasi. Sms itu masuk ketika saya sedang penat dengan tugas akhir yang saya kerjakan. Hanya sebuah sms singkat yang menanyakan bagaimana keadaan saya dan kuliah saya. Dan itu memberikan efek yang sangat luar biasa bagi saya. Saya terharu dan hampir menangis, tidak ada sesuatu yg special yang saya terima, hanya saja kepedulian yg ia berikan itu ada di saat yg tepat yaitu ketika saya sedang down dan penat dengan rutinitas ini. Saya yakin pasti beberapa orang sering mengalami hal ini, merasa penat dan tiba2 ada seseorang yang hadir dan menghilangkan kepenatan itu. Orang yang bisa menjadi terang di tengah kegelapan yg ada. Itu membuat saya berpikir “Saya bisa saja tidak peduli pada beberapa orang hari ini, tetapi bagaimana jika ini adalah saat mereka membutuhkan kepedulian saya?”. Saya bukanlah orang yg bisa selalu peduli pada orang lain, bahkan ketika dikecewakan seringkali saya ingin mundur. Tetapi saya ingin mencoba dan mencoba walaupun mungkin saya belum bisa menjadi terang bagi orang lain seperti keluarga saya tadi yg bisa menjadi terang bagi saya malam itu.


Dalam waktu kita 24 jam sehari, disela2 kesibukkan yang pasti menguras banyak tenaga dan pikiran, saya yakin pasti kita bisa meluangkan 5-10 menit waktu kita untuk lebih “peduli” terhadap orang lain. Dan itu tidak akan mengganggu pekerjaan atau bahkan kesibukkan kita yg lain. Seperti hari ini, yang sungguh luar biasa, saya bangun pagi, mengurus mocchi yang masing butuh perawatan ekstra khusus, mengerjakan tugas akhir yang lama sempat terhenti, kemudian siang pergi untuk mengurus masalah pekerjaan, sore tadi dilanjut membereskan kost dan kembali berhadapan di depan laptop sampai pukul 18.00, kemudian menyuapi mocchi dan keluar untuk makan malam bersama keluarga, kembali mengurusi pekerjaan sampai pukul 20.00 dan yang terakhir lanjut mengerjakan tugas akhir. Dan sekarang saya menulis artikel ini, masih di depan laptop yang setia menemani saya seharian ini. Tapi saya bersyukur karena di tengah2 kesibukan hari ini saya bisa berbagi kepedulian saya terhadap orang2 disekitar saya, baik melalui tatap muka langsung jika bertemu atau melalui media eletronik yang sekarang sudah amat canggih. Dan saya mencoba untuk melakukannya setiap hari agar ini bisa menjadi kebiasaan bagi saya.

.“Salah satu wujud kepedulian adalah saling menyapa, sudahkah anda menyapa orang2 terdekat anda hari ini? Jika belum, sapalah mereka sebelum hari ini usai” J

Jumat, 20 September 2013

kesalahan konyol hari itu...

Wah uda lama rasanya ga bikin coretan2 di blog ini. Banyak hal yg sudah ingin saya tulis selama beberapa pekan ini. Hal2 yg mungkin tidak pernah saya bayangkan sebelumnya akan terjadi dalam hidup saya. Hari itu tanggal 14 September 2013. Akhir2 ini saya mengalami insomnia (hal yang sangat jarang saya alami sebelumnya). Mungkin karena terlalu banyak yang menyita pikiran saya akhir2 ini.  Saya bangun pagi, dan teringat bahwa saya harus mengisi paket internet hari itu. Dengan mata masih mengantuk saya mengambil token bca dan berniat mengisi pulsa melalui internet banking sebesar Rp 100.000,00. Pengisian selesai dan saya menerima notification lewat email. Dengan malas2an saya membukanya, dan seketika rasa kantuk yang ada hilang, berubah menjadi rasa yang susah dijelaskan. Kesal, kecewa, marah, dan lain sebagainya. Ternyata bukan nominal Rp 100.000,00 yang saya masukkan, tetapi Rp 1.000.000,00. Pernah berpikirpun tidak, akan melakukan kesalahan yang bodoh seperti itu.


Panik jelas menghantui saya saat itu. Mau diapakan pulsa sebanyak ini?? Kemudian saya teringat sebuah buku yang saya pinjam dari seorang sahabat, “The Secret Power” karya Rhonda Byrne dimana ia berkata bahwa frekuensi yang negatif justru akan menarik hal2 negatif ke dalam hidup kita. Saya yang sebelumnya panik, kembali memejamkan mata sebentar. Berpikir bahwa masalah yang saat ini ada telah teratasi dan saya sangat bersyukur untuk itu. Ya, semua itu imajinasi!! Imajinasi yang saya yakin akan membawa saya kepada suatu kenyataan yang sungguh luar biasa. Apa yang terjadi ketika saya membuka mata? Masalah itu tidak hilang, masih ada!! Memang imajinasi yang saya lakukan tidak membuat masalah itu hilang. Tetapi dengan itu saya dapat berpikir positif, saya mulai menghubungi teman2, saudara dan orang2  yang memiliki nomor dengan provider yang sama dengan yg saya pakai. Ada yang menanggapi dengan baik dan mau membeli tetapi banyak yg menolak. “Oke, mungkin Tuhan ingin aku lebih bersabar”, kataku dalam hati saat itu. Puji Tuhan, setelah beberapa saat ada beberapa orang yang sudah mau membantu saya membelinya. Setelah saya mengirim pulsa ke beberapa orang ternyata ada kendala lainnya. Tiap harinya saya hanya dapat mentransfer pulsa sebesar 200 ribu saja. Astagaaaaaa!!!!!! Di saat pembeli banyak, tetapi ada hambatan seperti ini. Dan ini berarti saya harus menjualnya dalam waktu 5 hari, tidak bisa lebih cepat. “Oke lah, tak apa, jalani yang sudah ada dan tidak perlu berpikir macam2, semuanya akan segera berlalu”, saya menghibur diri sendiri. Dan siang itu saya sudah menerima pesanan pulsa selama 3 hari ke depan. Mereka yang rela menunggu untuk membantu saya atas kesalahan yang saya buat. Bukankah ini sesuatu yg sangat luar biasa?? Sebuah masalah yang akhirnya berubah menjadi suatu kesenangan tersendiri karena saya sangat bersyukur memiliki orang2 di sekeliling saya yang sangat peduli dengan orang lain. Siang itu saya tertawa sendiri melihat pemikiran saya sebelumnya. Ternyata benar kata Rhonda Byrne bahwa frekuensi hati memang sulit di rubah, tetapi akan lebih sulit ketika kita tenggelam dalam frekuensi buruk dalam waktu yg cukup lama. Sebuah pelajaran luar biasa di tanggal 14 September  yang membuat saya semakin bersyukur pada semua yang ada. Terima kasih Tuhan :D Hidup ini memang penuh keajaiban. Ada hari di mana saya menangis, bersedih, kecewa, tapi banyakjuga kebahagiaan, senyuman dan tangisan bahagia yang saya alami. Dan saya sangat bersyukur untuk semua yang saya alami. J

Minggu, 01 September 2013

Pertemuan itu datang...

Seperti anak kecil yang mendapatkan sebuah lolipop kesukaannya. Seperti itulah perasaanku pagi ini. Susah menggambarkannya dalam kata-kata tetapi kebahagiaan ini ingkin kubagikan lewat sebuah tulisan. Sebuah tulisan yang menggambarkan bahwa lagi-lagi hari2 saya sangat luar biasa menyenangkan. Saya kira semalaman tadi tidur saya dipenuhi oleh senyuman-senyuman. Yang mungkin tidak semanis senyuman adik-adik saya di Balesari kemarin tetapi setidaknya merupakan senyuman yang sangat indah yang pernah saya miliki.

Akhirnya pertemuan itu kembali datang, 1 September 2013 kemarin. Saya dan teman-teman kelompok KKN akhirnya bisa bersilaturahmi ke Balesari!!! Walaupun kali ini kami semua tidak bisa datang ber 12, tetapi paling tidak 7 orang bisa bisa mewakili kunjungan kami kali ini. Udara dingin di pagi hari tidak mengurungkan niat kami untuk kembali bertemu keluarga di sana, warga yang telah kami anggap sebagai bagian dari keluarga kami, yang menemani kami dengan suka duka selama 32 hari waktu KKN. Tak percaya rasanya kami dapat kembali menikmati sambutan langsung oleh Sindoro dan Sumbing yang selalu tampak indah di sana beserta suasana yang sangat saya rindukan selama 2 bulan terakhir ini.

Dari satu rumah ke rumah yang  lain kami berjalan sembari menikmati keindahan alam di sana. Rasanya kekompakan kelompok KKN yang sempat saya kira mulai memudar ini sangat erat di desa yang satu ini. Desa yang dapat menyatukan kami ber-12 menjadi sebuah kelompok yang begitu menyenangkan, yang dapat saling mendukung dan berbagi satu sama lain. Di sana kami membuat sebuah acara ulang tahun yang sederhana namun penuh dengan sukacita untuk ketua kelompok yang kami rayakan bersama perangkat desa  setempat. Kami menyanyikan lagu selamat ulang tahun bersama, berfoto bersama dan makan bersama tart ulang tahun yang kami siapkan sebelumnya. 

Di rumah perangkat lainnya kami bersama-sama belajar bagaimana membuat “sambal uwur”, sambal khas parakan bersama ibu perangkat desa. Makanan yang tak bisa saya lupakan karena selalu tersaji di meja makan selama 32 hari kami menghabiskan waktu KKN kami. Saya juga belajar dari para pekerja di sana tentang bagaimana mengolah daun tembakau. Ya, di sana sedang musim panen tembakau sehingga semua orang sibuk dengan produksi tembakaunya masing-masing. Keadaan seperti ini membuat semua beban yang ada serasa hilang untuk sejenak. Bahkan rasanya sangat senang saya bisa melihat teman-teman yang tertidur lelap di sofa karena mengemudi dari temanggung-Jogja tadi pagi. Rasanya sudah sangat lama kami tidak berkumpul seperti ini.

Sore mulai tiba, kami melanjutkan kembali perjalanan silaturahmi setelah selesai beristirahat. Kali ini kami berkunjung ke rumah kaur keuangan. Sesampainya di sana saya disambut dengan pelukan hangat dari ibu Nani, orang yang sangat dekat dengan saya di desa itu. Sayangnya kami tidak bisa berlama-lama karena hari sudah sore dan masih banyak rumah yang belum kami singgahi. Sebelum pulang kami sempat menonton topeng monyet yang disewa oleh bapak kepala dusun Boresan II. Tontontan topeng monyet yang mungkin sudah lama tidak pernah saya lihat bertahun-tahun ini menjadi sangat menyenangkan dengan ditonton oleh puluhan adik-adik saya di sana dan warga desa Boresan II yang terlihat begitu bahagia, seperti apa yang juga saya rasakan hari itu. 

Terakhir kami berpamitan dengan bapak Lurah dan bersiap pulang ke Jogja. Perjalanan 2 jam yang penuh canda tawa kami lewatkan bersama. Sembari mengingat masa-masa KKN yang telah kami lalui namun masih sangat jelas berada di pikiran kami. Sungguh benar-benar sangat menyenangkan hari kemarin,saya bisa menikmatinya dengan sangat senang dan begitu juga teman-teman saya. Perjalanan panjang itu tidak terasa melelahkan, tertutup oleh kebahagiaan yang kami rasakan. Perpisahan ini memang harus terjadi, tapi seperti kata teman saya bahwa bukanlah ketika ada pertemuan maka ada perpisahan, maka karena ada perpisahanlah maka akan ada pertemuan selanjutnya. Terima kasih teman, telah membuat penilaian saya terhadap sebuah perpisahan ini sangat berbeda dari sebelumnya. Saya akan menunggu pertemuan selanjutnya dengan warga desa Balesari, bersama teman2 KKN yang sangat luar biasa tentunya :D 

KKN yang mungkin awalnya merupakan sebuah "beban" bagi setiap dari kami kini berubah menjadi sebuah "anugerah" yang begitu indah dari Tuhan. Mulai dari pertemuan kami di dalam sebuah kelompok kecil ini, proses yang kami lalui yang penuh dengan canda tawa bahkan kemarahan, hingga pada tetesan-tetesan air mata menjelang hari perpisahan itu tidak akan terjadi tanpa campur tangan Tuhan. Tuhan telah mempertemukan saya dengan teman-teman saya yang begitu luar biasa, yang memberikan pengalaman begitu berharga di dalam hidup saya. Dan sekali lagi saya sangat bersyukur bisa mengenal mereka semua.

Salah satu teman saya pernah mengatakan bahwa mengapa kami tidak dipertemukan di semester awal kami kami kuliah, kenapa justru di akhir tahun kami kuliah. Dan saya hanya bergumam dalam hati : "Saya rasa jika kita lebih dulu bertemu maka keadaan yang ada tidak akan seperti ini. Dan saya percaya bahwa waktu Tuhan untuk mempertemukan kami sangat tepat. Karena itu terbukti bahwa kami dapat saling menerima, saling berbagi, saling mendukung, di waktu itu, hari itu dan tempat itu." 

Rabu, 28 Agustus 2013

Perbedaan


Pertanyaan yang sama yang saya dapat hari ini mengingatkan saya pada kejadian beberapa hari yg lalu. Perbincangan yang sangat panjang dan menyenangkan bersama salah seorang teman. Pembahasan mengapa dunia ini begitu terkotak-kotak dan setiap pribadi cenderung membatasinya dari pribadi yang lain. Mengapa selalu ada tembok besar antara si kaya dan si miskin, si putih dan si hitam dan berbagai macam kotak-kotak lainnya yang kita buat. Salah satu pertanyaan yang datang pada saya hari ini lagi-lagi membahas mengenai masalah perbedaan. Saya sendiri menjawab kepada orang tersebut bahwa tiap-tiap orang memiliki masing-masing prinsip yang mempengaruhi penilaian mereka terhadap sebuah perbedaan. Seringkali pemikiran seperti ini berasal dari nenek moyang yang secara turun temurun diberikan kepada generasi penerusnya. Dengan embel-embel bahwa ini adalah warisan yang harus dijaga, jika tidak maka kita menjadi anak yang durhaka. Jika hal demikian harus diteruskan terus menerus, saya rasa dunia ini akan tetap begini. Terkotak-kotak, makin sempit dan akhirnya tiap pribadi memiliki tingkat individualisme yang makin tinggi. Sungguh mengerikan rasanya membayangkan hal seperti ini terjadi. 
Saya tidak pernah menyalahkan orang yang mengkotak-kotakan diri mereka, karena bagi saya itu adalah hak mereka. Hak mereka untuk memilih apakah mereka harus hidup dalam kotak itu selamanya atau bisa masuk ke dalam satu kotak ke kotak lainnya dan hidup bebas. Saat ini, saya sering berpindah dari satu kotak ke kotak lainnya dengan penuh kebahagiaan. Hal ini sangat menyenangkan dan membuat tiap hari terasa begitu bermakna, karena begitu banyak hal yang bisa saya dapat dan pelajari. Dan saya yakin bahwa itu tidak akan saya dapat dengan hanya menjadi penghuni satu kotak saja. Sampai saat ini, memang tak jarang saya mendapat teguran dari penghuni kotak di mana saya tinggal awalnya. Namun itu tak pernah membuat saya menyalahkannya, membencinya, menyuruhnya berbuat hal yang sama apalagi kembali terkurung di satu kotak itu saja. Saya hanya akan berkata di dalam hati sambil tersenyum kecil : “Ia belum merasakan kasih yang sebenarnya, karena hanya kasihlah yang dapat merobohkan semua tembok pemisah ini” :)

Sabtu, 17 Agustus 2013

Perpisahan...

Jam menunjukkan pukul 03.00 dan alarm hp berbunyi keras menggema di telinga. Tapi mata ini enggan untuk membuka. Mungkin karena dingin yang mencekam dan perasaan seolah tidak ingin lepas dari tempat tidur yang nyaman ini. Yah, pagi ini saya harus kembali ke perantauan, menuju kota pelajar tercinta Yogyakarta. Sepertinya 1 minggu di rumah terlewatkan dengan sangat cepat, dan lagi-lagi saya harus dihadapkan pada ‘perpisahan’. Hal yang saya benci dan tidak ingin saya hadapi. Setelah bersiap saya memandang sekeliling rumah, berusaha merekam semua yang ada di rumah. Foto-foto, tata ruang dan semua yang ada di dalamnya yang dapat saya temui 6 bulan kemudian. 

Beberapa saat bunyi klakson mobil terdengar, tanda travel telah menjemput dan berarti perpisahan dimulai. Saya berpamitan yang kemudian disambut dengan pelukan hangat dari mama tercinta. Rasanya enggan melepaskannya, tapi saya tetap harus kembali untuk meraih mimpi saya. Mimpi yang harus segera saya capai. 

Di kanan saya duduk seorang ibu yang terlihat berkali-kali membuka hpnya dan bimbang. Mungkin sedang mengenang apa yang terjadi selama mudik, atau memikirkan orang yang ditinggalkan atau bahkan memikirkan apa yang akan terjadi esok. Sedangkan di kursi depan duduk seorang pemuda yang berkali-kali mendapat telpon dari orangtuanya. Sepertinya mereka belum ingin berpisah. 
Lagi-lagi perpisahan membuat orang-orang resah. Menimbulkan sebuah ketakutan bahwa apa yang sudah ada tiba-tiba hilang begitu saja. Banyak orang berkata, “ketika ada pertemuan maka akan ada sebuah perpisahan”. Dan itupun yang sering saya rasakan ketika dihadapkan pada sebuah perpisahan. Tapi saya teringat omongan salah seorang teman saya, “Perpisahan bukanlah sesuatu yang harus disedihi, karena ada perpisahanlah maka akan ada pertemuan selanjutnya”. Sean Covey dalam bukunya yang berjudul ‘The 7 Habits of Highly Effective Teens’ mengatakan : “Paradigma seseorang akan mempengaruhi bagaimana seseorang tersebut bertindak. Paradigma yang negatif akan menghambat sesorang, dan paradigma yang positif akan membangkitkan yang terbaik dalam diri seseorang.” Apa sebenarnya yang membuat kita bersedih bahkan membenci sebuah perpisahan? Ya, paradigma kitalah yang membuatnya! Paradigma kita tentang perpisahan adalah paradgima yang negatif, yang membuat kita membencinya. Jadi mengapa kita tidak mengganti paradigma kita selama ini? Baliklah paradigma kita, bukan lagi ‘ketika ada pertemuan maka akan ada sebuah perpisahan’, tetapi “karena ada perpisahan maka akan ada pertemuan selanjutnya”. Dengan begitu takkan ada lagi kesedihan ketika menghadapi sebuah perpisahan. Melainkan perasaan syukur akan apa yang telah dilewati selama pertemuan, dan penantian bahwa akan ada pertemuan berikutnya.

Mari berusaha membuat paradigma yang positif dari sekarang. Lagi-lagi saya sangat bersyukur kepada Tuhan yang tak henti-hentinya mengingatkan saya. Kali ini Tuhan memberi peringatan lewat seorang teman yang telah merubah paradigma saya tentang arti sebuah perpisahan. 

Kamis, 15 Agustus 2013

Hari yang indah

Hari yang cerah dan burung-burung mulai berkicau indah. Langit yg pagi tadi menangis mendung, kini mulai terang benderang. Matahari muncul dengan indahnya dan awan mulai menghiasi langit. Tak lupa aku mengucap syukur untuk hari yang indah ini, untuk segala ciptaan-Nya yang begitu indah, dan untuk hatiku yang bersinar seperti hari ini :)